Rabu, 13 Agustus 2014
Ikhlas Menuntut Ilmu
Hari rabu, pagi yang cerah untuk berolahraga. Kata orang sih
olahraga membuat jiwa kita sehat, “men sana in copore sano”, di dalam badan
yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Ngomong-ngomong soal olahraga, saya sangat
senang sekali dengan olahraga. Mulai dari berenang, senam, voli, kasti, dan
juga lari. Tapi, ada satu olahraga yang kurang saya sukai, yakni ‘berolahraga
di atas treadmill’ *back to lit. Untuk pembaca yang kurang menyukai sastra,
yasudah ikuti saja. Hehehe
Seperti biasa saat musim UAS (Ujian Agak Serius) seperti ini, saya dan temen-temen saya belajar (yaiyalah, emangnya UTS, Ujian Tidak Serius). Namun, karena saya terbalut dengan buku undang-undang dari semalaman tadi, saya putuskan untuk menyiram kepala ini dengan seciduk air ((nyiduk dari sumur mana gan?)(bukan itu gan maksudnya, maksud gue mandi)), yaudah pokoknya gitu.
Seperti biasa saat musim UAS (Ujian Agak Serius) seperti ini, saya dan temen-temen saya belajar (yaiyalah, emangnya UTS, Ujian Tidak Serius). Namun, karena saya terbalut dengan buku undang-undang dari semalaman tadi, saya putuskan untuk menyiram kepala ini dengan seciduk air ((nyiduk dari sumur mana gan?)(bukan itu gan maksudnya, maksud gue mandi)), yaudah pokoknya gitu.
Tiba-tiba sesampainya di kamar mandi saya teringat dengan
kata-kata dosen Bahasa Indonesia saya semester 1 yang bernama ibu Jamila.
Beliau pernah mengatakan bahwasanya ada 3 tempat yang bisa memunculkan ide-ide kreatif, yakni B3 ((Bahan Berbahaya
dan Beracun)(bukan gan, maksudnya Bus, Bed, sama Bathroom)). *ooo moment…Yup !
bis, kamar mandi dan juga tempat tidur kadang bisa menjadi tempat yang nggak terduga
bagi munculnya ide-ide kreatif itu.
Well, karena hari ini UAS, maka dari itu saya dan
teman-teman mulai mengingat materi-materi apa saja yang sudah pernah dosen saya
sampaikan selama ini. Mulai dari awal perkenalan, trus dosennya tanya nama
saya, trus tampang dosennya kaya gimana (seganteng muller apa van persie), atau
gimana tatapan dosen waktu nerangin pelajaran (materi woy! Materi !)
Oke, jadi karena salah fokus (ke dosen, bukan ke materi)
alhasil saat saya membuka catatan materi pelajaran, hanya terdapat nama dosen
tersebut dan sejumput kalimat “jangan ngantuk dza, bentar lagi kelar”, plus
oret-oretan polkadot, bunder-bunder, bunga, gunung, ada jalannya, sawah,
matahari sama burung lagi beterbangan di awan, mirip banget sama gambar
anak-anak paud (bahkan sampe SMP saya juga masih sering gambar kaya ginian). Hahaha,
akhirnya saya jadi sinting sendiri melihat catatan saya.
Setelah shock melihat catatan (baca:oret-oretan) saya yang
amburadul, saya memutuskan untuk calling teman-teman saya. Mulai dari yang
biasa mengajak saya ngobrol di kelas, sampai ke teman yang catatannya ada
gambar-gambarnya. Alhasil mereka juga sama-sama tidak mencatat materi pelajaran
selama ini. Oh No, mungkin ini semua karena pesona dosen yang udah bikin kita
freak buat nyatet materi dan lebih memeilih untuk memperhatikan dosennya saja.
Hemmm oke, akhirnya saya meneruskan perjuangan saya. Saya
mencoba menelusuri kertas demi kertas, kantong saku demi kantong saku.
Barangkali terselip atau ikut tercuci bersama cucian baju yang lain, seperti
kasus penemuan uang rapelan yang telah hilang selama beberapa hari, yang
ternyata terselip di kantong baju. Terus saya berpikir sepertinya tidak akan
mungkin ditemukan dimana-mana.
Akhirnya saja pasrah,
saya mulai gelisah dan membuka modul pelajaran. Mencoba mengingat ingat kembali
kata-kata maupun penjelasan dosen yang dulu sering tersulut di telinga saya.
Sempat terbersit di pikiran saya bahwa, yaaah ternyata belajar itu tidak mudah
ya! Tidak bisa diselesaikan secara semalaman seperti saat Roro Jonggrang
membangun tangkuban perahu *eh, atau nggak tidak bisa instan seperti saat
Fernando Cortez mengalahkan bangsa Aztec di zaman dahulu kala, sepertinya
memang belajar itu harus TSM !!! Tersruktur, Masif, dan juga Terencana.
Belajar untuk menuntut ilmu |
Dari sana saya mulai memetik hikmah dan juga pelajaran,
bahwasanya belajar itu tidak bisa instan. Kalo kata temennya Billy Boen, “every
step starts with an inch”, setiap perjalanan itu selalu dimulai dari
langkah-langkah kecil. Kalau diananlogikan ke dalam masa belajar UAS seperi
ini, belajar itu memang harus diniatkan untuk menuntut ilmu. Di dalam menuntut
ilmu itu ada salah satu syarat yang harus kita penuhi, yakni ikhlas, Ikhlas
disini maksudnya adalah rela meluangkan waktu untuk mempelajari materi sedikit
demi sedikit, butuh waktu lama, konsisten dan istiqamah dalam menjalaninya dan
butuh prinsip “jer basuki mawa beya” di dalamnya. Dan dalam hal ini, ternyata
belajar itu butuh proses. Proses untuk menghafal mungkin bisa dilakukan dalam
system SKSS (Sitem Kebut Sehari Semalaman). Tapi untuk proses mengerti, memahami
dan menceritakan kembali butuh waktu tidak hanya semalaman.
No comments:
Post a Comment
Write your comments here :)