cara terbaik untuk mengikat ilmu adalah dengan menuliskannya

salju

Wise Words for Today

"putus asa banget. 20x posting gagal terus :'(. blog pindah ke wordpress"

October 16, 2014

SIMPUHAN ANAKMU


Simpuhan Anakmu

   Malam ini suasana tampak mencekam. Deru-deru percekcokan antara ibu dan ayah makin memanas bak genderang perang yang hendak pecah. Aku, di ruangan 4x4 ini mengangkat kedua tangan ke atas seraya berdo'a, robbighfirlii waliwalidayya warkhamhuma kamaa robbayaani shoghiiraa..

sumber gambar:
www.ceritamu.com

   Andai diperbolehkan menulis sepucuk surat untuk mereka, tolong biarkan mereka membaca ini
   Tak sadarkah kalian waktu sudah larut malam? Dan saatnya mata untuk terpejam?
   Tapi kalian masih saja membunyikan sirine ambulance. Masih saja meneriakkan suara-suara lantang pembelaan.
Malam ini, kalian buat darah meletup-letup di jantung kami, begitu kencangnya ingin berhenti, menunggu penantian sebuah akhir pertengkaran ini. Getir merasakan betapa sakitnya mencoba menutup telinga kami demi menghiraukan ocehan kalian. Betapa inginnya kami menjadi tuna netra sementara agar kami buta dan tak dapat menyaksikan perang dunia ketiga antara kalian berdua.
    Tidakkah kalian lihat kedua anak kalian menangis dalam hati? Akankah kalian meninggalkan memori pahit ini hingga kami bawa ke alam mimpi?
    Sambar sana..sambar sini. Kalian membuat kami seperti terjerat bom atom di malam hari. Bahkan nyamuk tak berani mendatangi kalian untuk mendengung sekalipun.
Ini bukan panggung aksi, ini juga bukan debat fraksi-fraksi, tapi ini adalah suasana dimana setan dan iblis sedang menguasai lubang-lubang egoisasi.
    Kami bukan anak-anak yang tidak kenal empati, tidak mengenal rasa peduli. Kami masih punya mata hati untuk setidaknya mencari celah-celah memberikan sejentik sugesti. Kami tak bisa hanya diam dan berdiri di balik pintu dan seraya berkata-kata dalam benak kami.
Ingin sekali melototkan mata kami sembari menentengkan tangan di samping pinggang kami lalu menghadapkannya ke kalian.
    Namun, kami hanya butuh orangtua yang saling sayang sehingga kami tak lagi membangkang.
    Perlu kalian ketahui bahwa kami hanya ingin menjadi buah hati yang senantiasa berbakti untuk kembali menghidupkan nurani. Kalaupun kami belum bisa menjadi lilin di tengah kegelapan, setidaknya kami akan mencoba menjadi korek api untuk menyalakan lilin itu.
Suami seharusnya menghargai sang istri. Begitupun istri juga harus menghormati sang suami.
Itulah kunci kerukunan abadi sehidup semati.

Tulisan diatas hanya sekedar jeritan hati yang lama terpendam. Kini, ayah dan ibu telah akur kembali. Alhamdulillah :)

No comments:

Post a Comment

Write your comments here :)

Translate